Meriahnya Hari Santri di Kota Jombang
Kamis, 22 Oktober 2015 15:13:30
Reporter : Yusuf Wibisono
1
Meriahnya Hari Santri di Kota Jombang
Jombang (beritajatim.com) - Peringatan Hari Santri di Jombang cukup meriah, Kamis (22/10/2015). Berbagai kegiatan digelar. Mulai sujud syukur, upacara bendera, hingga tumpengan. Karena itu pula, warga Kota Santri menyayangkan jika ada pihak yang menolak penetapan Hari Santri 22 Oktober ini.
Upacara bendera Hari Santri digelar di lapangan PPBU (Pondok Pesantren Bahrul Ulum) Tambakberas Jombang. Sedangkan tumpengan sebagai bentuk rasa syukur dilakukan di Graha Gus Dur yang juga Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Jombang.
Upaca bendera diawali dengan sujud syukur. Selanjutnya, ribuan santri asal PPBU berbaris rapi memadati lapangan tersebut. Ada yang memakai sarung, ada pula yang masih mengenakan seragam sekolah. KH Abdul Kholiq, salah satu pengasuh PPBU bertindak sebagai pembina upacara.
Dalam amantnya, dia mengatakan, penetapan Hari Santri Nasional layak diperingati, bahkan disyukuri. Hal itu sekaligus sebagai simbol pengormatan negara kepada kaum santri. Karena peran santri memang cukup dalam berjuang membela tanah air.
"Kami mewakili kaum santri mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden yang telah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional," ujar Kiai Kholiq.
Sementara itu DPC PKB Jombang menggelar tumpengan. Itu dilakukan sebagai bentuk syukur atas hadirnya Hari Santri. Dalam acara itu, PKB juga mengirim doa untuk para syuhada yang telah berjuang dalam membela tanah air.
"Artinya peran kaum sarungan atau santri memang cukup besar. Termasuk yang mengobarkan perang 10 November, adalah parai kiai lewat fatwa resolusi jihad. Makanya sangat tepat jika ada Hari Santri," ujar Sekretaris DPC PKB Jombang, Munir Alfanani.
Pernyataan senada dilontarkan Dimas Cokro Pamungkas, tokoh muda NU Jombang. Menurutnya, Hari Santri layak untuk diperingati. Karena Hari Santri merupakan tonggak sejarah dikukuhkannya kembali komitmen umat Islam terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
"Pengukuhan ini sangat penting agar teladan semangat nasionalisme yang masih tersambung hingga saat ini tidak tergerus zaman. Selain itu, Hari Santri harus menjadi pengingat bahwa pesantren dan para santri tidak bisa dipisahkan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia," kata warga Kecamatan Gudo, ini.
Lantas bagaimana jika ada pihak yang menolak Hari Santri? Gus Dimas mengatakan, boleh saja menolak, beda pendapat adalah hal wajar. Namun jangan sampai hal tersebut
memancing ketidakharmonisan dengan kaum santri.
"Kalau Hari Kartini saja bisa diterima semua kalangan, tanpa takut ada demo minta Hari Cut Nyak Dien, Hari Cut Meutia. Kenapa hari santri yang notebene cikal bakal perjuangan kaum pesantren untuk kemerdekaan RI harus dipermasalahkan?" ungkapnya. [suf/ted]