Jangan Pernah Lelah Meminta Pada-Nya

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila tak mau berdoa, seakan dapat menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila tak mau berdoa, seakan dapat beribadah tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Sebagian mahluk kita terlalu sombong, bila jarang berdoa, seakan kekuatan manusiawinya lah yang dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala...

Coba perhatikan hal-hal berikut, niscaya kita akan semangat selalu berdoa kepada Allah Ta’ala atas keperluan dunia dan akhirat kita.

Seorang yang tidak berdoa adalah orang sombong
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).
Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Ta’ala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani).

Seorang yang berdoa adalah orang yang paling dimuliakan oleh Allah ta’ala
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).
Para ulama mengatakan kenapa doa sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan yang lainnya: “Karena di dalam doa terdapat bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada Allah dan menunjukkan kuasanya Allah Ta’ala.”
Allah Ta’ala sangat, sangat, sangat menyukai hamba-Nya merendah diri kepada-Nya dan menunjukkan bahwa hanya Allah Ta’ala satu-satu-Nya Yang Berkuasa, Yang Maha Pengatur, yang Maha Pencipta, tiada sekutu bagi-Nya.
Dengan doa kita melawan, menahan, meringankan bala dan musibah
عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يغني حذر من قدر و الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل فيتلقاه الدعاء فيعتلجان إلى يوم القيامة.
“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sikap kehati-hatian tidak menahan dari takdir, dan doa bermanfaat dari apa yang terjadi (turun) ataupun yang belum terjadi (turun) dan sesungguhnya bala benar-benar akan turun lalu dihadang oleh doa, mereka berdua saling dorong mendorong sampai hari kiamat.” (HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7739).

Seorang yang berdoa tidak pernah rugi
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»
“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya)” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633).

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelasakan tentang ajaibnya doa
“Dan demikian pula doa, sesungguhnya ia adalah salah satu sebab yang paling kuat menahan keburukan, mewujudkan permintaan, akan tetapi berbeda pengaruh doanya, baik karena lemahnya pada doa tersebut yaitu doanya merupakan sesuatu yang tidak dicintai Allah karena di dalamnya terdapat permusuhan, maka doanya seperti busur yang tipis sekali, maka anak panah keluar darinya sangat lemah, atau karena terdapat yang menahan dari pengabulan doa, seperti; makan harta yang haram, perbuatan zhalim, dosa-dosa yang menutupi hati, terlalu lalai, penuh hawa nafsu dan kelalaian. Sebagaimana yang di sebutkan di alam kitab Al Muastdarak akrya Al Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima sebuah doa dari hati yang lalai,” maka (doa seperti) ini adalah doa yang bemanfaat, menghilangkan penyakit akan tetapi lalainya hati terhadap Allah membatalkan kekuatannya dan begitujuga memakan yang haram membatalkan kekuatannya dan mengguranginya. Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam.”
Beliau juga berkata, “Dan doa termasuk obat yang paling manjur, ia adalah musuhnya bala, melawannya, melarang turunya dan mengangkat dan meringankannya jika ia turun, dan ia adalah senjatanya orang beriman. Doa berhadapan dengan bala tiga keadaan;
  1. Do'anya lebih kuat daripada bala maka ia menolaknya.
  2. Do'anya lebih lemah daripada bala, maka akhirnya bala yang menang, dan mengenani hamba akan tetapi terkadang meringankannya jika ia lemah.
  3. Do'a dan bala’ saling berlawanan dan manahan setiap salah satu dari keduanya.”
    Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.
Masihkah kita mau dicap sebagai mahluk yang sombong??? kalau jawabnya tidak, maka marilah kita berdo'a.





Monggo, Hadapi Hidup dengan Optimis!

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir". (QS : Yusuf : 87)
Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan tegarnya halangan merintang.
Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan.
Firman-Nya :
"Tiada yang berputus harapan mengenai rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat". (QS : al-Hijr : 56)
Dan al-Qur'an juga telah menegaskan adanya undang-undang alam (sunatullah) yang tak kan berganti.
Firman-Nya:
"Begitulah hukum Allah yang berlaku terhadap orang-orang yang terdahulu, dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada hukum Allah itu". (QS : al-Ahzab : 56)
Sesungguhnya hari-hari itu beredar diantara manusia, senantiasa berganti dan bertukar, keadaan pun senantiasa berubah. Orang yang kuat tidak selamanya kuat, yang berkuasa tidak selamanya berkuasa, yang lemah tidak selamanya lemah. Keadaan itu akan silih berganti menimpa umat dan bangsa, sebagaimana yang terjadi pada perorangan.
Firman-Nya :
"Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia, karena Allah hendak menunjukkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa pula yang gugur diantaramu yang dapat disebut syuhada'. Namun Allah tiak menyukai orang-orang yang zalim". (QS : Ali Imran : 140).
Hikman Allah pada semua itu ialah hendak menguji orang-orang mukmin, hendak mencoba orang-orang yang benar, hendak membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu dijadikannya yang buruk itu berbaku hantam sesamanya, saling menjatuhkan satu sama lain. Kemudian semua yang buruk itu ditenggelamkan dalam negara jahanam.
Firman-Nya :
"Karena Allah hendak memisakan golongan yang buruk dari golongan yang baik dan meletakkan golongan yang buruk itu diatas yang lain, semuanya bertumpang tindih sesamanya, untuk kemudian dimasukkannya ke dalam neraka jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi". (QS : al-Anfal : 37)
Dan untuk memberi balasan kepada orang-orang yang benar yang konsisten dan komitmen pada kebenaran, diberi-Nya pertolongan dan kemenangan di dunia dan diberinya ganjaran dan ampunan di akhirat.
Firman-Nya :
"Dan akan kami uji kamu sehingga Kami tahu siapa diantara kamu yang berjihad dan siapa yang sabar. Dan Kami akan menguji berita-berita mengenai kamu".(QS : Muhammad :31)
"Apakah kamu kira bahwa kamu masuk surga, sedangkan Allah tiada mengenalorang yang berjihad diantara kamu dan orang yang menunjukkan kesabaran?". (QS : Ali Imran : 142)
"Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk surga tanpa cobaan seperti yang menimpa orang yang sebelum kamu? Malapetaka dan sengsara menimpa mereka, dan hatinya demikian berguncang, sehingga Rasul dan orang yang beriman bersamanya berkata, "Bilakah datang pertolongan Allah? Sungguh pertolongan Allah selalu dekat". (QS : al-Baqarah : 214)
Ya, pertolongan itu begitu dekat manakala keadaan sudah sangat kritis, pandangan sudah layu, da hati terasa hampir lepas.
Firman-Nya :
"Sehingga apabila Rasul-rasul berputus asa dan mengira mereka dianggap pendusta, datangnya kepadanya pertolongan Kami, dan diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Tapi tiada hukuman Kami dapat ditolak dari kaum yang pendusta". (QS : Yusuf : 110).
Ya, hukum Allah ini tidak berbeda dengan yang berlaku kepada umat terdahulu. Betapa banyaknya umat yang asalnya lemah duduk bersimpuh, setelah sekian lama kemudian bangkit. Mereka bergerak setelah sekian lama membeku. Dan betapa banyaknya bangsa ayang asalnya hidup dalam kemewahan, naman karena mengkufuri nikmat Allah, lalu hilang eksistensinya, tidak ada lagi wujudnya. Mereka dihancurkan oleh Allah dengan kelaparan dan ketakutan gara-gara ulah mereka sendiri.
Firman-Nya :
"Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang aman tentram, rizkinya berlimpah ruah dari setiap penjuru, namun penduduknya ingkar akan nikmat Allah, maka Allajh merasakan kepada lapar, dan ketakutan meliputinya sebagai pakaian, disebabkankejahatan mereka lakukan". (QS : An-Nahl : 112)
"Dan betapa banyak Kami binasakan penduduk negeri yang menyombongkan mata pencahariannya.Sekarang tempat-tempat kediaman mereka - sesudah mereka tiada - telah ditinggalkan, kecuali beberapa. Dan Kamilah Pewarisnya". (QS : Al-Qashash : 58)
"Bila Kami bermaksud membinasakan suatu negeri, Kami berikan perintah kepada mereka yang didalamnya hidup mewah (supaya patuh), namun mereka melanggar aturan. Maka sepantasnya berlaku kutukan atas mereka, lalu Kami pun membinasakannya hancur berantakan". (QS : al-Isra' : 16)
"Dan Kami beri keputusan kepada Bani Israel dalam al-Kitab : Dua kali kamu berbuat kerusakan di muka bumi, dan kamu pasti akan merasa sombong di muka bumi dengan kesombongan yang besar. Maka ketika tiba yang pertama dari kedua peringatan, Kami utus kepaamu hamba-hamba Kami yang punya kekuatan dahsyat. Mereka menggeledah bagian-bagian yang paling dalam dari rumah-rumahmu. Dan itu adalah peringatan yang pasti dilaksanakan. Kemudian Kami beri kamu lagi giliran melawan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta kekayaan dan anak-anak,dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar".(QS : al-Isra' : 4-6)
"Sungguh Fir'aun menyombongkan diri dalam negeri dan menjadikan penduduknya terpecah-belah dengan menindas segolongan dari mereka. Ia sembelih putera-putera mereka dan dibiarkannya hidup anak-anak perempuannya. Sungguh ia masuk golongan yang merusak. Kami ingin memberi karunia kepada mereka yang tertindas dimuka bumi, menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan pewaris-pewaris,dan Kami teguhkan mreka diatas bumi. Dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Hamam berserta tentaranya apa yang mereka kuatirkan dari mereka itu". (QS : al-Qashash : 4-6)
Al-Qur'an sebagai firman Allah ini, menegaskan bahwa Allah akan memberikan bantuan kepada orang-orang yang sabar yang tidak pernah dihinggapi rasa pesimis dan putus harapan bahwasanya mereka akan memperoleh kekuatan karena rahmat dan kekuasaan Allah. Suatu kekuatan yang melebihi kekuatan semua makhluk.Suatu kekuatan yang tak dapat dicapai oleh usaha manusia semata-mata,dan .. tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
Firman-Nya :
"Mereka yang kepadanya orang berkata : "Orang-orang telah berkumpul akan melawan kamu, maka takutilah mereka!" Tapi mereka bertambah imannya karenanya, dan mereka berkata, "Allah cukup bagi kami, dan Ia lah sebaik-baik pengatur segara urusan". Dan mereka pun kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Tiada bencana menyentuhnya, karena mereka mengikuti keridhaan Allah.Dan Allah pemiliki karunia yang tiada tepermanai. Itu hanyalah syetan menakuti-nakuti dengan kawan-kawannya. Maka janganlah kamu takut kepadanya, tapi takutlah kepada-Ku, jika kamu beriman".(QS : Ali Imran : 173-175)
"Dua orang laki-laki diantara orang yang taqwa, yang beroleh karunia dari Allah, berkata, "Masuklah kamu menemui mereka melalui pintu gerbang. Jika kamu telah masuk ke dalam, pastilah kamu menang. Tawakallah kepaa Allah,jika kamu orang beriman". (QS : Al-Maidah : 23)
Kadang-kadang tidak terlintas hati orang-orang mukmin yang sabar itu bahwa mereka akan dapat mencapai hal ini dengan begitu muah, atau akan terwujud apa yang mereka cita-citakandan mereka harapkan. Memang Allah Yang Mahaluhur mendekatkan kepada mereka apa-apa yang jauh, memudahkan apa yang sukar, dan menyempurnakan pertolongan kepada mereka tanpa mereka duga sebelumnya.
Firman-Nya :
"Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafirdari kalangan ahli kitab dari rumah mereka sendiri pada waktu pengusiran pertama kali. Tiada kamu sangka mereka akan keluar, dan mereka menyangka dapat bertahan dalam benteng-bentengnya terhadap Allah. Lalu hukuman Allah datang kepada mereka dari tempat yang tiada mereka sangka. Dan Ia lontarkan ketakutan dalam hati mereka. Mereka hancurkan rumah-rumah mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan tangan-tangan orang beriman. Maka ambillah ini sebagai pelajaran,wahai orang-orang yang punya pandangan tajam! Sekiranya Allah tiada menentukan pengusiran bagi mereka, tentulah Ia telah siksa mereka di dunia, sedang di akhirat mereka pasti mendapat siksaan api neraka". (QS : al-Hasyr : 2-3).
"Dan Allah menghalau orang-orang kafir yang penuh kemarahan, sehingga mereka tiada memperoleh keuntungan. Dan cukuplah Allah bagi orang-orang mukmin dalam perangnya. Allah Mahakuat, Maha Perkasa.Ia turunkan  orang-orang ahli kitab yang menolong mereka dari benteng-bentengnya, dan Ia masukkan ketakutan dalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebagian lagi kamu tawan. Dan Ia jadikan kamu pewaris tanah-tanah,rumah-rumah,harta henda mereka,dan tanah yang belum pernah kamu injak sebelumnya. Allah berkuasa atas segala se suatu". (QS : al-Ahzab : 25-27)
Maka, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Kitab al-Qur'an yang mulia ini, apakah pantas anda mengatakan, "Apakah yang akan kita perbuat? Padahal kita hanyalah kaum yang lemah sedangkan mereka adalah bangsa yang kuat?".
Apakah dapat dikatakan sebagai sikap yang baik, jika salah seorang dari kalian surut ke belakang?Padahal dalam  hatinya terdapat rasa optimisme yang besar dan dibelakangnya ada pertolongan yang akan menguatkan barisan perjuangannya ..?


I Love Myself...!!!

Janganlah kita menyiksa diri sendiri. Sesungguhnya mencintai diri sendiri merupakan bagian dari amanah dari Allah SWT, sang pencipta semua mahluk. Mencintai diri dengan cara menerima segala kekurangan yang ada pada diri sendiri dan mensyukuri kelebihan yang diberikan Sang Pencipta. Jika bukan diri kita sendiri yang memulai untuk mencintai, lalu siapa lagi yang mencintai diri kita.

Marilah kita memberi cinta sepenuh hati hingga jiwa semakin istiqomah untuk terus memperbaiki dan memperbaiki menuju kesempurnaan dan kesucian jiwa. Tatalah diri sendiri, arahkan diri sendiri, rawat diri sendiri, hingga iman Islam menancap kokoh dalam jiwa. Hingga jiwa tersibghoh dengan sempurna dengan celupan Illahi. Mencintai diri sendiri dengan menjaga dan senantiasa memperbaharui keimanan kita.

Hargailah setiap kebaikan yang telah berhasil dicapai, sekecil apapun itu. Sesungguhnya seorang Muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, melainkan mereka yang setiap kali melakukan kesalahan sadar dan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tidak perlu sakit hati, tidak perlu ada kecewa. Karena sesungguhnya segala sesuatu bagi seorang Muslim adalah baik selama dia bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar saat diberikan ujian.

Mencintai diri sendiri berbeda dengan menganggumi diri sendiri (ujub).  Mengutip pernyataan Imam Musa al-Kazim (as), terdapat beberapa tingkatan ujub. Salah satunya ketika perbuatan buruk dianggap baik oleh dirinya sendiri; ia menilai perbuatan-perbuatan tersebut sebagai perbuatan baik dan mencintai dirinya sendiri, dengan membayangkan dirinya sendiri sedang melakukan perbuatan mulia.

Tingkatan ujub lainnya adalah ketika seseorang percaya bahwa dengan yakin kepada Tuhan berati ia telah berbuat baik kepada Tuhan; padahal sesungguhnya Tuhan Yang Maha Kuasa-lah yang menganugerahinya kebaikan (dengan memberkatinya). Larangan menganggumi diri sendiri sudah sangat jelas.

Katakan (Muhammad): “Apakah akan Kami beritahu padamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.(QS [18]: 103-104) dan Imam Ali (as) berkata: “Ia yang hatinya ditumbuhi rasa ujub, akan dihancurkan. [Al-Saduq, al-‘Amali, hal. 447].

Sangat jelas sebenarnya perbedaan antara mencintai diri sendiri dengan mengagumi diri sendiri. Mencintai diri sendiri itu berasal dari lubuk hati, dari jiwa yang paling dalam dengan tulus tanpa pamrih. Mencintai diri sendiri dengan maksud terus mensupport agar keberadaan kita di muka bumi untuk terus beribadah kepada Allah dan dapat bermanfaat bagi semua mahluk hidup. Sebagaimana Allah berfirman; “Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.” [QS Adz Dzariat: 56]

Ada beberapa yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mencintai diri sendiri menuju kesempurnaan dan kesucian diri. Di antaranya; pertama pernyataan positif untuk diri sendiri untuk meningkatkan rasa percaya diri. Kedua berhentilah memberi “label” negatif pada diri kita. Jangan biarkan nilai atau persepsi negatif menguasai kehidupan kita, baik itu berkaitan dengan diri anda sendiri, hal yang telah ataupun yang belum Anda lakukan.

Dan ketiga memberi waktu untuk diri sendiri untuk rehat sebentar untuk menyenangkan diri sendiri. Anda dapat berjalan-jalan di taman, membaca buku bagus, atau menikmati makanan kesukaan kita. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan hubungan dengan diri sendiri, dan menciptakan perasaan lebih baik untuk memulai hari yang baru.

Kita Diciptakan-Nya Berbeda-beda, Monggo Bertoleransi

Gus Dimas Dan Saudara Dari Papua
Sikap toleran adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Pasalnya, setiap orang diciptakan berbeda-beda. Secara personal, mereka membawa karakternya masing-masing dan secara sosial, mereka terlahir dalam lingkungan yang berbeda-beda pula. Hal inilah yang membuat manusia begitu beragam. Mereka berbeda dalam negara, bangsa, budaya, bahasa, agama, dan seterusnya. Ketika seseorang hidup di tengah masyarakat yang beragam itu maka sikap toleran mutlak diperlukan agar tidak terjadi gesekan-gesekan sosial.

Sikap toleran juga sangat diperlukan tak terkecuali dalam konteks beragama. Baik itu intern (sesama) maupun ekstern (antar) umat beragama. Dalam kasus intern beragama (Islam), tidak jarang kita mendapati antar organisasi sosial-keagamaan bertengkar karena perbedaan-perbedaan di antara mereka. Begitu juga dalam hal ekstern beragama, sering sekali terjadi konflik yang disebabkan karena berbeda agama. Padahal kalau kita hayati dengan pikiran yang jernih, perbedaan-perbedaan tersebut tidak akan hilang sampai kapan pun karena itu merupakan kodrat ilahi.

Allah SWT berfirman: "...Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan…(QS Al-Maidah: 48).

Ayat ini menyiratkan makna bahwa perbedaan (dalam beragama) adalah kehendak Allah sendiri dengan maksud yaitu untuk menguji manusia dengan perbedaan tersebut, manakah di antara mereka yang paling banyak amal baiknya (fas tabiqul khairat).

Islam sangat menjunjung tinggi nilai toleransi (beragama). Dalam Alquran dikatakan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama (QS Al-Baqarah: 256). Kemudian dikatakan pula, bagimu agamamu dan bagiku agamaku (QS Al-Kafirun: 6).

Berpegang teguh dengan agama yang diyakini adalah suatu keharusan. Tetapi itu tidak berarti menghilangkan sikap toleran dan menghalalkan sikap memaksakan kehendak kepada orang lain.

Ketika seseorang kehilangan sikap toleran, maka yang terjadi kemudian adalah sikap memaksakan kehendak. Apapun akan ia lakukan agar orang lain yang berbeda dengannya itu mengikuti apa yang ia yakini, termasuk dengan cara kekerasan dan pembunuhan.

Ironisnya, kini ada orang atau kelompok yang menghalalkan kekerasan dan pembunuhan dengan mengatasnamakan Islam, padahal Islam sangat menghargai nilai kemanusiaan dan menghargai hak hidup manusia (Lihat QS Al-Maidah: 32).

Sikap toleran dan penghargaan terhadap nilai kemanusiaan ini juga ditampakkan Rasulullah SAW seperti terdapat dalam satu riwayat bahwa Nabi pernah berdiri dari duduknya ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat didekatnya dan ketika dikatakan kepada beliau bahwa jenazah itu adalah orang Yahudi, beliau bersabda, “Bukankah ia manusia juga?” (HR. Bukhari).

Manusia diciptakan memang berbeda-beda. Tetapi hendaknya perbedaan-perbedaan ini (termasuk perbedaan dalam agama) tidak menjadi pemicu konflik. Dalam hal ini Allah menyuruh kita untuk ta’aruf (saling mengenal). Karena dengan ta’aruf maka kemudian akan muncul sikap menghargai dan toleransi. Dengan toleransi, insyaallah, akan tercipta kedamaian di muka bumi.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal….” (QS Al-Hujurat: 12).

Islam Itu Mudah, Tidak Sulit dan Jangan Dipersulit

Gus Dimas
Banyak kemudahan dalam islam, kemudahan itu sendiri merupakan salah satu prinsip penting dalam Islam dan itu merupakan anugerah Allah SWT yang diberikan agar manusia tetap bersemangat dan tekun dalam menjalankan ajaran agama, terutama dalam situasi sulit. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Dalam suatu kisah tentang Amr bin Ash, pada suatu malam yang teramat dingin dalam sebuah pertempuran yang panjang, mengalami “mimpi basah,” khawatir membawa akibat buruk kepadanya, ia tidak mandi junub, tetapi bertayamum,  lalu shalat subuh bersama teman-temannya yang lain.

Kasus ini dilaporkan kepada baginda Nabi SAW. Lalu, Nabi SAW bertanya, “Hai Amr, apakah kamu shalat subuh sedangkan kamu dalam keadaan junub?”

“Ya, tuan,” jawab Amr.  “Aku khawatir atas diriku,” tegas Amr lagi. Ia kemudian membaca ayat ini: “Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS Al-Nisa’ [4]: 29). Mendengar jawaban Amr, Rasulullah SAW tersenyum dan diam tak berkata lagi. (HR Bukhari).

Prinsip kemudahan (taysir) sangat jelas dalam islam, seperti tampak dalam kisah Amr ini. Setiap kesulitan, pada dasarnya, menuntut kemudahan (al-Masyaqqah tajlib al-taysir). Kalau kita perhatikan secara seksama, setiap ibadah dalam Islam disediakan kemudahan-kemudahan. Sekadar contoh, bersuci dalam kondisi normal harus dilakukan dengan air, tapi, dalam kondisi sulit, seperti menimpa sahabat Amr tadi, bersuci dapat dilakukan dengan tayamum.

Shalat, seperti umum diketahui, harus dilakukan dengan berdiri. Akan tetapi, bagi yang tak mampu berdiri, ia boleh melakukannya dengan duduk, bahkan dengan berbaring saja. Begitu juga disediakan kemudahan dalam ibadah puasa, haji, dan seterusnya. Dalam terminologi fikih, kemudahan-kemudahan itu dinamakan “Rukhshah,” yaitu pengurangan beban sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.

Meskipun mudah dan disediakan banyak kemudahan, namun kemudahan itu bukan sesuatu yang gratis (free of charge). Kemudahan-kemudahan itu menuntut persyaratan dan kondisi-kondisinya sendiri. Misalnya, adanya kesulitan (masyaqqah) seperti telah dikemukakan. Persyaratan lain ialah bahwa kemudahan (alternatif) yang disediakan bukanlah dosa atau perkara yang dilarang oleh Allah SWT.

Dalam hadis shahih disebutkan bahwa setiap kali Nabi dihadapkan pada dua pilihan, beliau selalu memilih yang paling mudah dari keduanya (aysaruhuma). Akan tetapi, kalau pilihan kemudahan itu merupakan dosa maka beliau adalah orang yang mula-mula lari dan menjauhkan diri darinya. (HR. Bukhari dari Aisyah).

Berbagai kemudahan agama itu diberikan oleh Allah SWT untuk tujuan dan maksud yang mulia. Pertama, memastikan agar manusia dapat menjalankan agama tanpa susah payah dalam dimensi ruang dan waktu. Kedua, mendorong dan memotivasi manusia agar rajin dan semangat menjalankan agama, lantaran bisa dilakukan dengan mudah dan tanpa kesulitan.

Karena agama itu mudah maka tidak boleh ada opini yang menggambarkan bahwa agama (beragama) itu seolah-olah menyusahkan. Inilah pandangan yang ditolak Allah. “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj [22]: 78). Wallahu a`lam!