Kasus Terapi Chiropractic Mengingatkan Untuk Hargai Pengobatan Leluhur
SABTU, 9 JANUARI 2016 | 17:34
FacebookTwitterGoogle+What sApp
Halloapakabar.com, Jakarta – Awal Agustus 2015 menjadi hari yang paling memilukan bagi Alfian Helmy dan keluarganya. Tepatnya pada 7 Agustus 2015, untuk kali terakhir Alfian melihat wajah putri keempatnya, Allya Siska Nadya, yang akrab disapa Siska.
Siska yang lahir di Bandung, 28 Desember 1982, itu meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan, setelah sebelumnya menjalani terapi di klinik chiropractic di kawasan Pondok Indah.
Dimas Cokro Pamungkas, praktisi pengobatan tradisional di Jombang, Jatim mengomentari kasus Siska tersebut. Menurutnya pasien pengobatan harus benar-benar mengetahui kualitas sebuah klinik pengobatan.
“Jangan hanya terpukau oleh iklan dikoran, majalah atau televisi. Carilah informasi sebanyak mungkin sebelum berobat supaya tidak salah jalur,” ungkapnya via media social.
Ia juga menandaskan supaya tidak mudah percaya dengan klinik pengobatan dari luar negeri. Kasus itu sebuah pembelajaran berharga agar masyarakat tidak terbuai dengan produk asing.
“Nenek moyang kita mempunyai tradisi pengobatan dan penyembuhan yang panjang. Sejak jaman dahulu leluhur kita telah memakai jamu atau herbal untuk pengobatan dalam. Sedang pengobatan luar dikenal denagn istilah pijat urut urat syaraf dan sangkal putung. Ribuan tahun yang lalu di wilayah Asia telah ditemukan penyembuhan urat syarat lewat pemijatan,” paparnya.
Kronologis Kasus Siska
Awal mulanya Siska mengeluhkan nyeri pada leher dan tulang belakangnya. Keluhan itu mungkin saja muncul karena Siska selalu menenteng bawaan berat, yakni tas berisi laptop. Siska pun sempat menjalani fisioterapi atau sekadar pijat.
Setelah sembuh, ia kembali bekerja seperti biasa. Namun, keluhan pada bagian tulang belakang muncul lagi setelah beberapa bulan kemudian.
Siska berencana pergi ke Perancis pada 18 Agustus 2015 untuk meneruskan pendidikan S-2. Sebelum berangkat, ia ingin mengatasi masalah pada tulang belakangnya terlebih dahulu.
Pilihan pengobatan pun jatuh pada terapi chiropractic. Pada 5 Agustus 2015, Siska mendatangi klinik terapi chiropractic di kawasan Pondok Indah karena berada tak jauh dari rumahnya. Siska menjalani konsultasi terlebih dahulu dan bertemu dengan terapis asing, Randall Caferty.
Setelah konsultasi itu, menurut Randall, Siska perlu menjalani terapi sebanyak 40 kali dengan membayar Rp 17 juta. Namun, Siska menolak karena ia harus berangkat ke Perancis pada 18 Agustus 2015. Akhirnya, Randall menawarkan paket terapi 40 kali menjadi dilakukan dua kali sehari.
Dengan anggapan Randall adalah dokter yang ahli, Siska pun percaya dan menyetujui untuk menjalani terapi.
Keesokan harinya, pada 6 Agustus 2015, Siska kembali ke klinik pada pukul 13.00 untuk menjalani terapi chiropractic dan telah membayar biaya Rp 17 juta. Sore harinya, Siska kembali menjalani terapi dengan ditemani ibunya.Terapi itu dikerjakan langsung oleh Randall. Sang ibu pun sempat terkejut melihat bagaimana terapi dilakukan dengan sangat singkat. Metode pengobatannya Allya Siska tengkurap di ranjang dan dokter menggerakkkan kepala Allya ke kanan dan kiri hingga tulang leher berbunyi krek
Sekitar pukul 23.00, Siska meringis kesakitan pada bagian lehernya. Baru kali ini Alfian melihat putri bungsunya terlihat kesakitan luar biasa. Siska pun langsung dilarikan ke unit gawat darurat di RSPI pada tengah malam itu.
Berdasarkan catatan medis tim dokter di RSPI, Siska juga mengalami kesemutan pada bagian leher hingga lengan dan bagian belakang lehernya membengkak. Diduga ada pembuluh darah yang pecah.
Untuk memastikan hal itu, harus segera dilakukan MRI. Sayangnya, Siska sempat kehilangan kesadaran dan denyut jantungnya melemah sehingga MRI tak bisa segera dilakukan jika kondisi tidak stabil.
Dalam kondisi itu, sekitar pukul 06.00, dokter menyatakan bahwa Siska sudah tiada. (dik)