Tatkala tatapan mata sudah mulai nanar dan memudar, ketika tatapan hati mulai gelap dan hampir mati, gambaran masa depan terasa suram,
di mendung awan gelap tanpa cahaya harapan. Hidup didera berbagai persoalan
yang mengharu biru, maka seorang hamba yang merindu cinta Ilahi,
bersegera mengadukan seluruh persoalannya kepada Dia yang Maha Penolong, menangis dan mintalah pada-Nya.
Dengan sebongkah hati penuh iman dan optimisme, ia berhusnuzan
(berprasangka baik) kepada Allah, bahwa hanya dengan rida dan
iradah-Nya, segala awan gelap kehidupan mampu disingkirkan. Tidak ada
yang mustahil bagi Allah, karena bagi-Nya cukuplah berucap, ”Kun faya kun, maka jadilah.”
Dalam
melafalkan doanya, ia pun memintal sejuta sesal seraya bertobat
membersihkan diri dari dosa. Karena, ia sadar bahwa dosa adalah kabut
penghalang untuk memandang wajah Ilahi. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak
ada yang dapat menolak ketentuan takdir (qadha) kecuali doa. Dan,
tidaklah ada yang menambah umur kecuali berbuat kebajikan. Dan,
seseorang diharamkan rezekinya, karena perbuatan dosanya.” (HR Tirmidzi
dan Ibnu Hibban).
Ketika ia berdoa tumbuh keyakinan bahwa cepat
atau lambat permohonannya akan dikabulkan Allah. Dia tidak akan
menyalahkan siapa pun bila doanya belum terkabul, bahkan sebaliknya, ia
akan terus melakukan introspeksi dan melakukan islah (perbaikan diri),
melakukan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan memperbanyak berbuat kebajikan (fastabiqul khairat).
Karena, ia sadar setiap doa ada syarat-syaratnya. Tidaklah seseorang
disebut sebagai orang baik, kecuali ia memang selalu berbuat baik.
Tidaklah seseorang disebut beriman, kecuali ia penuhi kriteria untuk
diakui sebagai seorang yang beriman. Demikian juga dengan doa. Tidaklah
doa dikabulkan kecuali ia dipenuhi kehendak Ilahi dengan rasa penuh
cinta.
Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan bahwa salah satu
syarat berdoa adalah sikap optimistis dan yakin bahwa apa yang ia
harapkan akan dikabulkan. Rasulullah bersabda, "Jika kamu berdoa kepada
Allah Azza wa Jalla, wahai manusia mohonlah kehadirat-Nya dengan penuh
keyakinan bahwa doamu akan dikabulkan, karena Allah tidak akan
mengabulkan doa dari hati yang lalai." (HR Ahmad).
Doa
sesungguhnya akan melahirkan kekuatan batin yang luar biasa. Karena,
sikap percaya diri dan optimisme merupakan pedang paling tajam dalam
menebas segala ilalang semak belukar yang mengotori perjalanan.
Orang
yang berdoa itu bersikap optimistis penuh prasangka baik (husnuzhan)
kepada Allah SWT. Orang optimistis mampu melihat kesempatan di antara
begitu banyak kesempitan. Sedangkan orang pesimistis melihat begitu
banyak kesempitan di antara semua kesempatan.
Optimisme adalah
sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang
bisa diperbuat tanpa harapan dan percaya diri. Salah satu sifat seorang
mukmin adalah sikapnya yang optimistis, tidak ada rasa duka cita atau
merasa cemas dalam memandang masa depan. "Dan, janganlah kamu merasa
lemah dan jangan bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling
unggul, jika kamu beriman.” (QS Ali Imran [3]: 139). Wallahu a’lam bish shawab.