Menyikapi Video kekerasan Santri Pesantren di Jombang Jawa Timur

USTADZ,
SELAIN BELAJAR HUKUM AGAMA TOLONG JUGA BELAJAR HUKUM NEGARA

Sebagai pendidik, baik itu guru di sekolah maupun ustadz di pesantren, tugas utama mereka adalah mendidik (bukan menghajar), mendidik dari bodoh jadi pintar, dari tidak tahu menjadi mengerti, dari gelap menjadi terang, kita semua pasti sepakat akan hal itu.

Apapun alasannya, dari video "kekerasan santri" yang beredar di kota Jombang akhir tahun 2014 ini sama sekali tidak bisa dibenarkan, sekali lagi apapun alasannya. Bukankah para ustadz di pesantren tersebut 'dipasrahi' para santri itu untuk di ajari ilmu, terutama ilmu agama? ya sudah kewajiban mereka untuk membetulkan anak-anak ini bila salah, dengan cara yang benar tentunya, benar dalam segala aspek hukum, hukum dunia maupun akhirat.

Para ustadz ini harus upgrade pengetahuan dan wawasan, bukan hanya belajar hukum akhirat, hukum dunia juga perlu tahu, andai mereka pahan hukum dunia,mereka akan tahu kalau tindakan kekerasan ini bisa menyeret mereka ke meja hukum, pasal penganiayaan bahkan pada anak di bawah umur andai para santri ini masih diusia sekolah. andai orang tua mereka ada yang tidak terima, melaporkan peristiwa ini, berurusan dengan hukumlah mereka, apa tidak sampai ke sana pikirannya? atau tidak paham? makanya itu fungsi upgrade wawasan dunia-akhiratnya.

Selain aspek hukum dunia yang perlu dipahami para ustadz ini adalah aspek psikologi anak. Punishment atau hukuman adalah hal yang wajar dalam proses belajar mengajar, begitu pula sebaliknya reward atau hadiah pun biasa bagi anak yang berprestasi. tapi hukumaan di sini tidak boleh melenceng dari sisi pembelajaran dan pendidikan, tidak boleh 'ngawur' dan suka-suka. harus ada parameternya, ini manfaat apa tidak, ini mendidik apa tidak, bagaimana psikologi anak pasca dihukum. mereka ini kategori anak nakal/badung yang harus diberi petunjuk untuk tahu kesalahan dan tidak akan mengulanginya, bukan dihajar dan diperlakukan seperti penjahat dengan dilucuti bajunya, ditali di kayu, dicambuk puluhan kali, ditonton puluhan (mungkin ratusan) santri lainnya, direkam juga, kalau mereka down, malu, minder, tidak mau sekolah, tidak mau belajar agama lagi, mau 'boyong' aja, siapa yang rugi dunia akhiratnya? ini yang terkadang belum terpikirkan. Saya sendiri mantan santri, jadi 100% paham rasanya menjadi santri.

Apa aspek psikologis dari kasus video kekerasan santri ini? luar biasa, orang yang selama ini menganggap Jombang kota tentram, Jombang kota santri akan berfikir dua kali kalau mau memasukkan anaknya ke pesantren di kota ini, terutama bagi orang awam. Apalagi bagi orang non muslim, mungkin mereka menganggap memang superti ini cara pesantren mendidik santrinya, dan lagi-lagi, yang mendapat cap kekerasan adalah islamnya.

Kami juga biasa menghadapi santri, para ABG 'ndablek' sudah makanan sehari-hari, meskipun begitu terhadap santri persilatan (yang dikenal sebagai dunia keras) kami di PSNU Pagar Nusa tapi tidak pernah sekalipun melakukan hukuman sekeras ini.

Monggo kita semua instropeksi dan memperbaiki diri, semoga kekerasan ini jadi yang pertama dan terakhir, takkan terjadi lagi di pesantren-pesantren Jombang maupun di Indonesia, semoga Allah melindungi kita semua dari segala kesesatan, aamiin...